MTQ mengubah dunia lewat tulisan
09.20 |
|
<script async src="//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script>
<!-- 200x200ads -->
<ins class="adsbygoogle"
style="display:inline-block;width:200px;height:200px"
data-ad-client="ca-pub-6036641652446412"
data-ad-slot="3972199218"></ins>
<script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script>
PENDAHULUAN
Musabaqah Tilawatil Qur'an yang disingkat MTQ akan segera dilaksnakan sekala nasional.* perlombaan yang
dilaksanakan 2 tahun sekali ini meninggalkan kesan yang berbeda pada
setiap peserta yang mengikutinya. Ada perasaan haru, bahagia dan juga sedih di
masing-masing hati para peserta MTQ. Ajang apresiasi penggalian nilai-nilai al-Qur’an ini tidak hanya dilaksanakan dilevel nasional namun juga mulai dari tingkat desa sampai tingkat kabupaten/kota dan Provinsi di setiap
daerah di indonesia.
Apa yang kita pikirkan bila mendengar MTQ atau
lebih populernya Musabaqah Tilawatil Qur’an? Ya, mungkin semua sepakat
perlombaan membaca Alqur’an. Namanya juga Musabaqah Tilawah (membaca) Qur’an
pastinya mempertandingkan pembacaan alqur’an. Membaca didepan khalayak atau di
arena menampilkan suara merdu, nyaring sehingga menyihir penonton dari luar
Arena. Tapi tahukah kita walaupun dinamakan Musabaqah Tilawatil Qur’an namun
tidaklah hanya tilawah saja dipertandingkan. Ada cabang-cabang lain yang
berdampingan selainnya. seperti Hifz al-Qur`ân, Tafsîr al-Qur`ân, Khat
al-Qur`ân, Fahm al-Qur`ân, dan Syarh al-Qur`ân dan terakhir Menulis
Maqalah Qur’an (MMQ/M2IQ/M2KQ).
MMQ
merupakan cabang musabaqah yang
menitikberatkan pada kemampuan menulis dengan mengeksplorasi isi kandungan al-Qur’an. Cabang yang terakhir ini memiliki
keunikan tersendiri dibanding cabang lainnya. Hal ini peserta disibukkan
menyiapkan buku-buku sebagai alat dalam pertandingandan membuat makalah.
Ditambah dengan sebagai cabang termuda diantara cabang-cabang lainnya. Peserta
yang ikut juga biasanya yang pandai menulis dan rata-rata mahasiswa yang pernah
mengerjakan makalah di kampus. Penulis teringat peserta aceh yang menjadi juara
1 Provinsi tahun 2015 dan menjadi peserta di MTQ nasional di Mataram juga
seorang mahasswa di UIN ar-Raniry banda Aceh. Beginilah MMQ cabang yang
melahirkan penulis menggali dan menjawab melalui al-Qur’an.
Sejarah
MMQ
Awalnya MMQ dinamakan Musabaqah
Menulis Kandungan isi Alqur’an (M2KQ) kemudian pada tahun 2012 berubah menjadi
Musabaqah Makalah Ilmiah Alqur’an (M2IQ)
namun pada tahun 2014 berubah menjadi Musabaqah Makalah Alqur’an (MMQ).
walaupun berubah dari segi nama tidaklah berubah subtansi dari MMQ/M2IQ/M2KQ
itu sendiri. Setiap karya diharuskan mengeksplor alqur’an dan tidak hanya
menulis seperti makalah pada umumnya di kampus.
Mungkin kita bertanya siapakah penggagas sehingga
lahirnya MMQ/M2IQ/M2KQ? Penulis mencoba menelusuri lebih lanjut tentang
siapakah menggas MMQ itu sendiri dan akhirnya saya temukan pada sebuah Blog
sederhana dari peserta M2IQ di Jawa Timur bahwa yang menggagas MMQ ialah
seorang guru besar di UIN Sunan Gunung Djati Bandung ialah Prof. Dr. Asep
Saepul Muhtadi.( Lihat http://colectioninfo.blogspot.co.id/2012/11/mtq-cabang-m2iq-atau-m2kq.html)
Profesor menjelaskan bahwa, menulis itu memiliki
keuntungan jangka panjang, hasil tulisan bisa diwariskan ke anak cucu, berbeda
dengan cabang lain yang hanya bisa dinikmati di saat MTQ saja, tapi karya MMQ
bisa dinikmati sampai kapanpun. Karena manfaatnya yang begitu besar, LPTQ pusat
tak kuasa menolak untuk membuat cabang menulis ini di setiap gelaran MTQ. MMQ ini adalah
salah satu usaha untuk peduli terhadap pemahaman Al-Qur’an atau dalam bahasa
lain “ orang yang paham agama dan menuliskannya “ dalam bahasa lain “penulis
yang mengerti agama dan bagus tulisannya”
maka menulislah ia.
Di aceh
sendiri cabang ini baru di perlombakan uji coba pada tahun 2009 dan pesertanya
dipilih mengingat belum adanya diikutkan pada tahun sebelumnya. Namun
tahun-tahun setelahnya cabang ini bak jamur dimusim hujan, karena tidak terlalu
sulit bagi LPTQ daerah untuk mencari bibit, peserta yang diminta mengisi cabang
ini biasanya para mahasiswa kampus karena memang mahasiswa selalu bergelut yang
namanya makalah.
MMQ
: menulis, menjawab persoalan melalui perspektif Alqur’an
Menulis
memang suatu kegiatan yang menarik dan menyenangkan, tapi tentunya tidak semua
orang merasakan hal yang sama, karena belum tentu setiap orang menyenangi
kegiatan menulis. Bagi yang menyenangi kegiatan ini ia dapat megapresiasikan
apa yang ada dalam benaknya, dan mengaplikasikannya pada kata-kata. Sejalan
dengan MMQ berupaya membumikan al-Qur’an melalui tulisan dan menjawab tantangan dan tuntutan dalam perspektif
al-Qur’an itu sendiri.
Menulis
makalah qur’an atau MMQ mencoba menjawab masalah dengan menggali alqur’an dan
mengeksplor alqur’an untuk mencari solusi, MMQ tidak hanya sekedar menulis makalah,
tapi ia memiliki kekuatan ilmiah menjawab tantangan bangsa. Pemakalah tidak
hanya sekedar menulis, namun ia dituntut untuk menjawab persoalan melalui dua
tema besar yang diberikan panitia pelaksana kepadanya. Apa yang menjadi pembeda
makalah Alqur’an dengan makalah kampus? Pembedanya terlihat dari sifat
tulisannya reflektif refrensial, bersifat tematik (berpacu kepada tema), menggunakan
kaidah popular (Panduan MMQ 2015).
MMQ
ajang Kaderisasi penulis.
Cabang MMQ
sebagai sarana melahirkan kader penulis handal. Terbukti para peserta mampu
mempersiapkan tulisan 10-15 halaman dalam waktu singkat maksimal waktu 10 jam
menggunakan Tik portable (mesin ketik zaman) mungkin kalau saat ini sudah sulit
mencarinya dengan digesernya oleh laptop dan sejenisnya. Pembuatan makalah
dalam rentang waktu maksimal 10 jam, ini bukanlah perkara mudah mengerjakan
tulisan 15 halaman menggunakan mesin tik. Pemakalah diwajibkan menulis dari
awal dan tidak diperbolehkan membawa karya yang telah siap diketik untuk
disalin, ini merupakan pelanggaran dalam pertandingan dalam membuat makalah.
Namun demikian sudah terlebih awal pihak panitia memberikan 2 tema besar yang
menjadi acuan bagi peserta dalam meramu makalahnya dalam MTQ tersebut.
Kehadiran
MMQ ini upaya melahirkan kader-kader penulis seperti ulama masa lampau
melakukan kegiatan menggali dan menuliskan menjawab persoalan melalui alqur’an.
Begitu banyak persoalan bangsa yang belum terselesaikan, maka perlu
kembali meninjau kepada pedoman umat
Islam yang telah Allah turunkan melalui rasulnya kepada Umatnya yaitu alqur’an
dan al-hadits. Dengan perhelatan MTQ ini diharapkan karya peserta sebagai
referensi solusi terhadap permasalahan dimasa kini maupun akan datang. Melalui
karya makalah peserta yang telah ditulis tentunya menjadi semangat baru bagi
nusa dan bangsa dan tentunya aceh sendiri. Oleh karena itu agar karya tidak
sekedar sebagai pajangan perlunya publikasi agar dapat dibaca oleh khalayak
umum. Sesuai dengan harapan sang guru besar dapat dinikmati anak cucu dimasa
kini dan akan datang.
* MTQ Nasional ke 27 di di Medan Sumatera Utara, dilaksanakan Oktober 2018.
0 komentar:
Posting Komentar