MTQ mengubah dunia lewat tulisan

shares |

<script async src="//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script> <!-- 200x200ads --> <ins class="adsbygoogle" style="display:inline-block;width:200px;height:200px" data-ad-client="ca-pub-6036641652446412" data-ad-slot="3972199218"></ins> <script> (adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({}); </script>

PENDAHULUAN
 Musabaqah Tilawatil Qur'an yang disingkat MTQ akan segera dilaksnakan sekala nasional.* perlombaan yang dilaksanakan 2 tahun sekali ini meninggalkan kesan yang berbeda pada setiap peserta yang mengikutinya. Ada perasaan haru, bahagia dan juga sedih di masing-masing hati para peserta MTQ. Ajang apresiasi penggalian nilai-nilai al-Qur’an ini tidak hanya dilaksanakan dilevel nasional namun juga mulai dari tingkat desa sampai tingkat kabupaten/kota dan Provinsi di setiap daerah di indonesia.
 Apa yang kita pikirkan bila mendengar MTQ atau lebih populernya Musabaqah Tilawatil Qur’an? Ya, mungkin semua sepakat perlombaan membaca Alqur’an. Namanya juga Musabaqah Tilawah (membaca) Qur’an pastinya mempertandingkan pembacaan alqur’an. Membaca didepan khalayak atau di arena menampilkan suara merdu, nyaring sehingga menyihir penonton dari luar Arena. Tapi tahukah kita walaupun dinamakan Musabaqah Tilawatil Qur’an namun tidaklah hanya tilawah saja dipertandingkan. Ada cabang-cabang lain yang berdampingan selainnya. seperti Hifz al-Qur`ân, Tafsîr al-Qur`ân, Khat al-Qur`ân, Fahm al-Qur`ân, dan Syarh al-Qur`ân dan terakhir Menulis Maqalah Qur’an (MMQ/M2IQ/M2KQ).
MMQ merupakan cabang musabaqah yang menitikberatkan pada kemampuan menulis dengan mengeksplorasi isi kandungan al-Qur’an. Cabang yang terakhir ini memiliki keunikan tersendiri dibanding cabang lainnya. Hal ini peserta disibukkan menyiapkan buku-buku sebagai alat dalam pertandingandan membuat makalah. Ditambah dengan sebagai cabang termuda diantara cabang-cabang lainnya. Peserta yang ikut juga biasanya yang pandai menulis dan rata-rata mahasiswa yang pernah mengerjakan makalah di kampus. Penulis teringat peserta aceh yang menjadi juara 1 Provinsi tahun 2015 dan menjadi peserta di MTQ nasional di Mataram juga seorang mahasswa di UIN ar-Raniry banda Aceh. Beginilah MMQ cabang yang melahirkan penulis menggali dan menjawab melalui al-Qur’an.
Sejarah MMQ
            Awalnya MMQ dinamakan Musabaqah Menulis Kandungan isi Alqur’an (M2KQ) kemudian pada tahun 2012 berubah menjadi Musabaqah Makalah  Ilmiah Alqur’an (M2IQ) namun pada tahun 2014 berubah menjadi Musabaqah Makalah Alqur’an (MMQ). walaupun berubah dari segi nama tidaklah berubah subtansi dari MMQ/M2IQ/M2KQ itu sendiri. Setiap karya diharuskan mengeksplor alqur’an dan tidak hanya menulis seperti makalah pada umumnya di kampus.
Mungkin kita bertanya siapakah penggagas sehingga lahirnya MMQ/M2IQ/M2KQ? Penulis mencoba menelusuri lebih lanjut tentang siapakah menggas MMQ itu sendiri dan akhirnya saya temukan pada sebuah Blog sederhana dari peserta M2IQ di Jawa Timur bahwa yang menggagas MMQ ialah seorang guru besar di UIN Sunan Gunung Djati Bandung ialah Prof. Dr. Asep Saepul Muhtadi.( Lihat http://colectioninfo.blogspot.co.id/2012/11/mtq-cabang-m2iq-atau-m2kq.html)
Profesor menjelaskan bahwa, menulis itu memiliki keuntungan jangka panjang, hasil tulisan bisa diwariskan ke anak cucu, berbeda dengan cabang lain yang hanya bisa dinikmati di saat MTQ saja, tapi karya MMQ bisa dinikmati sampai kapanpun. Karena manfaatnya yang begitu besar, LPTQ pusat tak kuasa menolak untuk membuat cabang menulis ini di setiap gelaran MTQ. MMQ ini adalah salah satu usaha untuk peduli terhadap pemahaman Al-Qur’an atau dalam bahasa lain “ orang yang paham agama dan menuliskannya “ dalam bahasa lain “penulis yang mengerti agama dan bagus tulisannya” maka menulislah ia.
Di aceh sendiri cabang ini baru di perlombakan uji coba pada tahun 2009 dan pesertanya dipilih mengingat belum adanya diikutkan pada tahun sebelumnya. Namun tahun-tahun setelahnya cabang ini bak jamur dimusim hujan, karena tidak terlalu sulit bagi LPTQ daerah untuk mencari bibit, peserta yang diminta mengisi cabang ini biasanya para mahasiswa kampus karena memang mahasiswa selalu bergelut yang namanya makalah.

MMQ : menulis, menjawab persoalan melalui perspektif Alqur’an
Menulis memang suatu kegiatan yang menarik dan menyenangkan, tapi tentunya tidak semua orang merasakan hal yang sama, karena belum tentu setiap orang menyenangi kegiatan menulis. Bagi yang menyenangi kegiatan ini ia dapat megapresiasikan apa yang ada dalam benaknya, dan mengaplikasikannya pada kata-kata. Sejalan dengan MMQ berupaya membumikan al-Qur’an melalui tulisan dan menjawab tantangan dan tuntutan dalam perspektif al-Qur’an itu sendiri.
Menulis makalah qur’an atau MMQ mencoba menjawab masalah dengan menggali alqur’an dan mengeksplor alqur’an untuk mencari solusi, MMQ tidak hanya sekedar menulis makalah, tapi ia memiliki kekuatan ilmiah menjawab tantangan bangsa. Pemakalah tidak hanya sekedar menulis, namun ia dituntut untuk menjawab persoalan melalui dua tema besar yang diberikan panitia pelaksana kepadanya. Apa yang menjadi pembeda makalah Alqur’an dengan makalah kampus? Pembedanya terlihat dari sifat tulisannya reflektif refrensial, bersifat tematik (berpacu kepada tema), menggunakan kaidah popular (Panduan MMQ 2015).

MMQ ajang Kaderisasi penulis.
Cabang MMQ sebagai sarana melahirkan kader penulis handal. Terbukti para peserta mampu mempersiapkan tulisan 10-15 halaman dalam waktu singkat maksimal waktu 10 jam menggunakan Tik portable (mesin ketik zaman) mungkin kalau saat ini sudah sulit mencarinya dengan digesernya oleh laptop dan sejenisnya. Pembuatan makalah dalam rentang waktu maksimal 10 jam, ini bukanlah perkara mudah mengerjakan tulisan 15 halaman menggunakan mesin tik. Pemakalah diwajibkan menulis dari awal dan tidak diperbolehkan membawa karya yang telah siap diketik untuk disalin, ini merupakan pelanggaran dalam pertandingan dalam membuat makalah. Namun demikian sudah terlebih awal pihak panitia memberikan 2 tema besar yang menjadi acuan bagi peserta dalam meramu makalahnya dalam MTQ tersebut.
Kehadiran MMQ ini upaya melahirkan kader-kader penulis seperti ulama masa lampau melakukan kegiatan menggali dan menuliskan menjawab persoalan melalui alqur’an. Begitu banyak persoalan bangsa yang belum terselesaikan, maka perlu kembali  meninjau kepada pedoman umat Islam yang telah Allah turunkan melalui rasulnya kepada Umatnya yaitu alqur’an dan al-hadits. Dengan perhelatan MTQ ini diharapkan karya peserta sebagai referensi solusi terhadap permasalahan dimasa kini maupun akan datang. Melalui karya makalah peserta yang telah ditulis tentunya menjadi semangat baru bagi nusa dan bangsa dan tentunya aceh sendiri. Oleh karena itu agar karya tidak sekedar sebagai pajangan perlunya publikasi agar dapat dibaca oleh khalayak umum. Sesuai dengan harapan sang guru besar dapat dinikmati anak cucu dimasa kini dan akan datang.




* MTQ Nasional ke 27 di di Medan Sumatera Utara, dilaksanakan Oktober 2018.

Related Posts

0 komentar: