Al-ghuraba’ (orang-orang yang asing)

shares |

<script async src="//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script> <!-- 200x200ads --> <ins class="adsbygoogle" style="display:inline-block;width:200px;height:200px" data-ad-client="ca-pub-6036641652446412" data-ad-slot="3972199218"></ins> <script> (adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({}); </script>



            Siang hari ba’da juhur kumpullah sekelompok manusia diserambi masjid an-nabawi mereka berkumpul (liqa’) untuk mengkaji kajian islam. Seorang diantara mereka membahas pem bahasan yang akan dikaji pada pertemuan ini. Setelah panjang lebar bahasan yang disampaikan tibalah pada sebuah hadis nabi.
“Islam dimulai dalam keadaan asing dan akan kembali terasa asing (suatu saat nanti) jadi, beruntunglah orang yang di anggap asing (ghuraba)”[1]
            Setelah selesai membacakan hadis nabi itu muhammad al-fatih seorang yang ikut kajian itu bertanya kepada yang memberikan tausiah.
            “ akhi maksud ghuraba itu apa ya?” tanya fatih
“Ghuraba adalah orang-orang yang asing”
            Asing bagaimanakah ghuraba itu ?” tanya fatih lagi.
Asing disini jarang adanya,  Termasuk disini orang yang melaksaanakan sunnah dan menjauhi bid’ah. Sebagai contoh supaya semua tidak ngambang, menyebarkan salam adalah sunnah nabi yang sudah mulai hilang dan apabila ada yang menyebarkan salam maka terasa asing. Orang yang bercelana gantung atau perempuan yang menutup aurat seluruhnya maka terasa orang yang ketinggalan zaman, karena sekarang jika tidak membuka aurat bukan gaya zaman sekarang.
             akhi saya pernah mendengar sorang dicemoohkan karena dia berjenggot dikatakan seperti kambing kalau berjenggot, apakah dia termasuk ghuraba ya akhi? Tanya abd ar-razaq salah seorang diantara mereka.
Ya dialah termasuk golonga ghuraba. Jawab yang menyampaikan tausiyah
            akhi saya pernah diejek karena tidak pacaran, saya dibilang gak laku akhi. Bagaimana itu akhi? Apakah tidak pacaran termasuk bagian ghurba? Tanya M.kamil Husain
            Inilah  penomema yang sedang terjadi skarang yang sedang kita hadapi sebagai manusia lajang maksudnya yang belum nikah dihadapkan dengan penomena pacaran, katanya kalau sduah punya pacar sudah laku ya kan. Zaman sekarang  Kacaunya sahabat-sahabat  kita ada yang menganggap pacaran merupakan bukan hal yang dilarang oleh agama, sebagian memang ada yang tau itu haram hukumnya tapi tetap saja melakukan, sebagian memang tidak tau sama sekali ya makanya dia lakukan.
            Bagaimana orang yang pacaran yang sudah tau hukumnya itu akhi? Tanya zuhdi zahrullah
Dua kali lipat dosa yang dia dapat dari pada yang tidak tau”
            Waduh, gawat” kata al-fatih
            Gawat kenapa akhi?’ M. Kamil husain
            Gawatlah seandainya saja yang tidak tau hukum masuk neraka sehari saja, otomatis yang tau hukum dua hari dong.” Jawab al-fatih
Kan liat dulu apakah dia bertobat atau nggak.” Jawab fawaid an-nubuwah (pemateri)
            Oh,,, gitu ya akhi” seru mereka serentak
Ya iya, allah kan maha pengampun. Dengan catatan kita tidak mengulang lagi alias taubatan nasuha, lebih bagus nikahkan dari pada pacaran, hasrat nafsu kita di salurkan kepada yang halal, kalau pacaran sudah dilarang agama, apabila terjadi jina kan sudah berabe, berapa dosa yang harus kita tanggug itu, dosa pacaran, dosa jina.
            Pantas islam melarang pacaran ya akhi, karena umatnya akan berbuat zina. Kata zulkarnain al-azazi
            Begitulah ternyata cara islam menjaga umat ini, tapi kita sendiri belum memahami. kata fatih
            Ya, beginilah cara allah dan islam menjaga kita supaya umat ini selalu terjaga dari kekejian, tidak berbuat maksiat karena dapat menghancurkan manusia itu sendiri. Baiklah hanya sampai disini pembahasan kita sampai ketemu ketmu di liqa’ kedepan semoga kita diberi umur yang panjang dan dapat menegakkan islam dengan baik dan tidak meninggalkan shalat. Seperti biasa diperjumpaan terakhir marilah sama-sama membaca doa kafaratul majlis.
            Barakallahu liwalakum filkuranil ajim wana .....
            setelah selesai membaca doa maka mereka pun bubar liqa kali ini, dijalan karena fatih dan fawaid satu arah merekapun pulang bersamaan, berhubung mereka memang teman dekat dari semenjak kecil hingga mereka besar. Dijalan mereka berbincang-bincang tentang apa saja sehingga sampai pada titik yang membuat fawaid terdiam.
            Akhi, aku ada kenalan sorang perempuan dia cantik, berjilbab tapi memang ia kadang pakai celana, bagaimana itu akhi, kasihlah pendapatmu kepada aku biar aku tidak terjebak hawa nafsu.? Fatih         
            Sejenak dia terdiam bukan karena terkejut atau membenci tapi heran aja ternyata kawannya ini sudah mulai menanam cinta kepada seorang wanita.
            Kenapa engkau terdiam kawan? ada apa kawan, apakah aku  tidak boleh berkenalan dengan wanita yang belum ku kenal? Fatih menanykan
            Maaf akhi tidak sengaja, bukan maksud ku nggak mau menjawab pertanyaanmu, tadi katamu engkau lagi ada kenalan sama seorang wanita, apakah engkau menyukainya saudaraku? Fawaid menanyakan
            Itulah yang aku ragukan, sepertinya aku memang sedang menyukai dia, dan sepertinya dia juga menyukaiku menurut pirasatku.
            Alhamdulillah engkau normal saudaraku, engkau memang sedang terkena panah asmara istillah orang, tidak apa-apa asalkan engaku pandai-pandai menjaga diri supaya tidaak terjerumus kedalam zina, ingat zina itu bermacam-macam. Zina mata karean melihat yang bukan-bukan terlalu dalam melihat juga termasuk zina. Kemudian zina hati, yaitu mengangankan untuk memiliki sidia, berangan-angan terlalu jauh, kemudian zina tangan, zina tangan disini dengan menyentuh, meraba. Ingat kita tidak boleh menyentuh yang bukan muhrim kita, rasulullah saja rela memegang bara api asalkan jangan memegang yang bukan muhrimnya. Aku senang terhadapmu saudaraku, alhamdulillah engkau setau aku belum pernah berbuat maksiat, jagalah dirimu saudaraku dan keluargamu dari api neraka, ingat ini pesan ilahi, setelah berkenalan bagaimana perasaanmu terhadapnya saudaraku?
            Sepertinya aku ingin menemuinya kembali. Jawab fatih singkat
Jangan lupa istighfar saudaraku, setan telah menari didepan matamu, sehingga engkau mengangankan seperti itu,
            Baiklah akhi aku akan berusaha menjaga hati ini supaya tidak terjerumus.
Sering-seringlah istighfar akhi, supaya syaithan menjauh darimu. Fawaid mengingatkan alfatih
            Insyaallah akhi, mohon doanya.
            Tanpa terasa fawaid telah sampai kerumahnya.
Akhi aku dulun ya, assalamu’alaikum.
            Walaikum salam, jawab fatih
            Sampai disini kebersamaan mereka. Fawaid menuju rumahya al-fatih menuju rumahnya sendiri.
            Begitulah kebrsamaan yang mereka jalani disaat bersama ukhuwah dan didalam wadah dakwah



[1] HR muslim no 145/ Nashir bin Abd alkaarim al’aqql memelihara akidah Jakarta: cendekia sentara muslim, 2007 hal.55

Related Posts

0 komentar: