“Aku merindukan mu ibu"

shares |

<script async src="//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script> <!-- 200x200ads --> <ins class="adsbygoogle" style="display:inline-block;width:200px;height:200px" data-ad-client="ca-pub-6036641652446412" data-ad-slot="3972199218"></ins> <script> (adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({}); </script>



            Setelah aku merantau  tiga bulan meninggalkan rumah untuk kuliah. Ternyata aku sangat merindukan keluarga terutama emakku sendiri. Tidak tau ntah mengapa hal ini menimpa ku, padahal saat masih dikampung, kadang aku sebal sikap emak yang menurut aku masa itu berlebihan atau lebaylah istillahnya. Kalau sebulan aku diluar rumah tidak apa-apa, Tidak ada rasa rindu yang begitu dalam didalam hatiku. Tapi kali ini memang sungguh rindu itu tertancap didalam qalbuku, padahal waktu masih dirumah aku tidak pernah mengalami hal yang seperti ini. Aku tidak pernah merasa sedih, rindu, kangen kepada keluarga dan emak ku sendiri.
Beginilah aku saat masih dirumah, apabila sudah subuh emak selalu membangunkan aku untuk shalat subuh, bila tidak bangun maka emak pun menggedor pintu kamarku. Sampai-sampai bila sedang asik mimpi, bisa terganggu karena dibangunkan emak.  Kadang  memang aku gak mau bangun karena keasikan tidur karena mimpi indah.
Saat masih dirumah, apabila aku mau berangkat kesekolah pagi hari. Emak selalu menyuruh ku untuk sarapan pagi. “Nak makan dulu baru berangkat, nanti sakit perut kalau gak makan.” Beginilah kata-kata yang setiap pagi kudengar dari mulut emak kutersayang. Kadang makan juga kadang malah tanpa kudengarkan langsung berangkat.
Disaat siang, apabila aku sepulang dari sekolah, tidak pernah dalam seharipun emak tidak menyiapkan makan siang untukku. Selalu disiapkan untukku, karena emak takut aku kelaparan sepulang dari sekolah.
Dan apa bila sudah sore jam tujuh belas. Emak selalu mengingatkan aku untuk mandi. Emak gak peduli Walaupaun aku sudah sekolah SMA yang secara psikologis sudah remaja emak tetap saja mengingatkan aku sebagaimana biasa dari kebiasaan emak menggingatkan kadang terlintas dipikiran aku juga sih ada perasaan malu. Karena kawan-kawan aja gak sebegitunya emaknya mengingatkan anaknya. Tapi begitulah inilah emakku. Dia sungguh sayang samaku, sungguh memperhatikan aku, gak peduli dia alau aku udah besar.
Dan apabila udah maghrib, emak mengingatkan aku untuk shalat, ngaji, aku gak diperbolehkan melakukan aktifitas apapun sebelum aku melaksanakan yang dua tadi ngaji dan shalat. Kadang bila udah datang rasa malas ku yang besar untuk menghindari kewajiban ngaji aku milih shalat dimasjid untuk jamaah dan pulang setelah shalat isya hasilnya ya gak ngaji juga sih.
Nah selain yang kewajiban diatas, inilah kebiasaan yang satu yang gak boleh lepas dari ku yaitu BELAJAR. Kadang aku merasa malas juga sih harus belajar setiap malam. Kadang aku protes kenapa harus belajar terus setiap malam. Dijawab emak “malam minggukan emak, nggak suruh kamu belajar nak”. Begitulah selalu jawaban emak bila aku ada protes. Bener sih memang, kalau malam minggu aku libur belajar. Tapi tetap aja, yang namanya lagi masa sekolah malas kadang jadi nomor satu, walaupun gak semua orang malas sih.
Dan lagi-lagi beginilah rupanya, hal yang gak pernah aku lakukan yaitu gak boleh keluar malam. Memang gak dikurung dirumah juga. Kalau ada psta atau acara dikasih juga. Tapi yang namanya anak muda pengen bebas. Meski kadang  ku meminta sama emak keluar malam kalau gak ada pesta atau acara resmi tetap gak dikasih. Ntah kenapa emak nggak ngijinin aku keluar malam. Katanya hanya gak boleh aja. Kadang aku marah sebel, pengen sesekali keluar malam dan begadang seperti kawan-kawan ku yang lain yang dalam seminggu tiga kali keluar malam bahkan ada yang setiap malam keluar. Pernah ku lontarkan pertanyaan Kenapa sih emak gak pernah ijinin aku keluar malam? Tanya ku. Jawab emak. “Kalau ada acara kan emak kasih, kalau ada pesta kan emak kasih. Kalau ada pasar malam kan emak gak larang”. Beginilah jawaban emak. Huh desah ku, kadang bercampur palak, benci. Tapi tetap aja pendirian emak seperti ini.
Dan ini lagi hal yang gak dilewatkan emak hampir setiap malam, emak selalu mengingatkan aku “nak tidur jangan lewat dari jam sembilan atau sepuluh malam ya. Kalau habis belajar tidur. Kalau nonton sejam saja itupun kalau sudah siap belajar. Jangan nonton teve lewat jam sepuluh malam, gak baik bagi dirimu”. Ia mak, jawabku. Pernah juga sih gak ku pedulikan sampai-sampai emak marah dan mematikan langsung teve dikamar ku. Dan menyuruh aku tidur. Wah emak, asik tadi film nya. Protesku. Asik apaan, cepat tidur sana, nanti kamu susah bangunnya waktu subuh. Beginilah jawab emak. Yah terpaksa tidur walau dalam hati ada perasaan gak senang.
Suatu hari aku pernah kedapatan nelpon sama teman SMAku yang kebetulan itu cewek, kuakui memangsih kami lagi dekat. Setelah selesai nelpon emak nanya aku,
“ nak telponan sama siapa tadi?” Tanya emak. “Sama kawan mak, kenapa rupanya mak?” Tanya ku. “Emak dengar suaranya seperti perempuan?” Tanya emak lagi. “Ia mak memang ia perempuan mak.” Jawabku, kulihat wajah emak sedih. Emak paling gak suka kalau kau terlalu dekat sama cewek, gak tau entah kenapa, aku dilarangnya pacaran.
Dan disaat aku mau berangkat kekota aja, emak gak lupa nasehatnya untukku, jangan lupa shalat, ngaji, jangan tidur lewat jam sepuluh, jangan lupa makan pagi, yang rajin belajar, jangan lupa doakan emak ya nak. Terus jangan dulu pacaran. Inilah yang terakhir ku dengar ditelingaku ini sebelum aku pergi kekota unttuk kuliah. Ia mak, jawabku. Ada perasaan senang, tapi sedih ku lebih banyak. Senang karena gak ada yang ngatur kayak di rumah karena saat kuliah aku akan ngontrak rumah tinggal sendiri, terus bisa keluar malam, gak belajar, gak ngaji, palingan kalau lagi mood mungkin ngaji juga. Dan merubah kebiasaan yang ku anggap buruk saat masih dirumah.
Nah memang benar sejak keberangkatan aku kekota kujalankan kebiasaan baru ku yang telah aku rencanakan, kumulai keluar malam, ngaji seminggu sekali, Tidur udah mulai jam satu. Tapi, alhamdulillah shalat gak tinggal jua walaupun gak tepat waktu. Pernah dalam seminggu pertama dirumah kontrakan kucoba hal yang paling buruk yang gak pernah aku  lakukan, aku gak lagi mandi jam 5 sore tapi malam. Sampek suatu malam aku merasa gak enak badanku karena dalam seminggu pertama mandi malam, akhirnya kumulai lagi mandi sore seperti biasa. Hal buruk lain lagi aku pernah bangun telat sampek jam 7 pagi. betapa kagetnya aku, Yang seharusnya gak kulakukan ternyata kulakukan.
Setelah berjalan 3 bulan dikontrakan aku mulai sadar betapa bahagianya saat aku saat  masih dirumah dulu. Aku merenungi betapa sayangnya emak kepadaku. Dulu emak menyuruh ku ini itu ternyata demi kebaikanku. Yang apa dilarang juga demi kebaikan ku sendiri. Ternyata setelah kupikir-pikir dan saat aku ikut liqa’ ku menemukan apa arti cinta terhadap ibu dan bapak. Selama ini aku sering sebal karen emak selalu menyuruh aku shalat subuh, ternyata memang kewajiban ku sebagi muslim harus shalat lima waktu sehari semalam. Emak takut aku nanti menuntut karena kewajibannya sebagai orang tua ku mendidik aku.
Setelah ba’da subuh ku termenung, kumerenungi saat masih dirumah emak selalu membangunkan aku pikirku. Apabila aku mau makan pagi sudah disiapkan emak tapi kini aku telah melaksanakan semua. Subuh bangun sendiri, kalau gak bikin alarm maka kadang aku telat. Kalau mencuci baju emak biasanya mencucikan bajuku, tapi kini aku yang harus melakukan.
Sepulang ku dari kampus, makan belum tersedia. Biasanya Makan siang sudah tersedia jika saat dirumah. tapi kini aku harus masak dulu baru makan, kalau saat dirumah dulu, kadang makan bersama-sama emak tapi kini aku hanya sendiri. Ku merindukan emak.

Disaat sore aku terrmenung, ku teringat biasanya emak menyuruh aku mandi, tapi kini aku gak ada yang ingatin lagi mandi sore. Kecuali aku sendiri yang berpikir dan menjalankan sendiri tanpa harus disuruh emak lagi  Karena aku telah jauh dari mereka.
Dan saat ba’da maghrib aku terpikir biasanya emak mengingatkan aku untuk shalat dan ngaji. Kini aku yang harus berpikir dan melakukan sendiri tanpa harus dibawah kontrol emak. Ku menitikkan air mata sedih dan rindu.
Setelah shalat isya, aku termenung kembali Kumerindukan emak. Karena biasanya ia mengingatkan ku untuk belajar, kini aku hanya tak ada yang mengingatkan lagi.
Dan sebelum tidur aku merenung kembali. Kuteringat Biasanya emak menyuruh aku untuk tidur cepat. Tapi kini tidak lagi seperti itu. Aku biasanya dilarang keluar malam, tapi kini aku telah sering melakukannya. Akhirnya akupun menangis menyesal karena dulu kubegitu sepele akan semua yang emak anjurkan padaku. Emak menyuruh ku ini dan itu, ternyata semuanya demi kebaikan bagiku.
Tibalah saatnya habis final semester pertama, ku pulang kampung dan langsung memeluk emak sesampai ku didepan rumah dan aku minta  maaf pada emak.

Related Posts

0 komentar: