09.11 |
|
<script async src="//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script>
<!-- 200x200ads -->
<ins class="adsbygoogle"
style="display:inline-block;width:200px;height:200px"
data-ad-client="ca-pub-6036641652446412"
data-ad-slot="3972199218"></ins>
<script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script>
sitem teknologi pralatan musik tradisional
pada masyarakat aceh
Disusun oleh
Asmadin
421006008
Institut
Agama Islam Negeri ar-Raniry
Fakultas
Dakwah
Jurusan
Bimbingan dan Penyuluhan Islam
Darussalam,
TA 2011-2012
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Teknologi memang telah ada dari
zaman dahulu sehingga zaman sekrang makin banyak di produksi. Meskipun teknologi
zaman dulu dan sekarang berbeda, tetapi zaman sekarang hanyalah produksinya
yang berbeda karena telah diciptakan lebih dahulu oleh ahlinya baru dikembangkan kembali dimasa
sekarang.
Penggunaan teknologi oleh manusia diawali dengan
pengubahan sumber daya alam menjadi alat-alat sederhana. Penemuan prasejarah tentang kemampuan mengendalikan api telah
menaikkan ketersediaan sumber-sumber pangan, sedangkan penciptaan roda telah
membantu manusia dalam beperjalanan dan mengendalikan lingkungan mereka.
Perkembangan teknologi terbaru, termasuk di antaranya mesin cetak, telepon, dan Internet, telah memperkecil hambatan fisik
terhadap komunikasi dan memungkinkan manusia untuk
berinteraksi secara bebas dalam skala global. Tetapi, tidak semua teknologi
digunakan untuk tujuan damai; pengembangan senjata penghancur
yang semakin hebat telah berlangsung sepanjang sejarah, dari pentungan sampai senjata nuklir.
Teknologi telah
memengaruhi masyarakat dan sekelilingnya dalam banyak cara.
Di banyak kelompok masyarakat, teknologi telah membantu memperbaiki ekonomi(termasuk ekonomi global masa kini) dan telah memungkinkan
bertambahnya kaum senggang. Banyak proses teknologi
menghasilkan produk sampingan yang tidak dikehendaki, yang disebut pencemar, dan
menguras sumber daya alam, merugikan dan merusak Bumi dan lingkungannya.
Berbagai macam penerapan teknologi telah memengaruhi nilai suatu
masyarakat dan teknologi baru seringkali mencuatkan pertanyaan-pertanyaan etika
baru. Sebagai contoh, meluasnya gagasan tentang efisiensi dalam
konteks produktivitas manusia, suatu istilah yang pada mulanya hanya menyangku
permesinan, contoh lainnya adalah tantangan norma-norma tradisional.
bahwa keadaan ini membahayakan lingkungan dan mengucilkan
manusia; penyokong paham-paham seperti transhumanisme dan tekno-progresivisme memandang proses teknologi yang
berkelanjutan sebagai hal yang menguntungkan bagi masyarakat dan kondisi
manusia. Tentu saja, paling sedikit hingga saat ini, diyakini bahwa
pengembangan teknologi hanya terbatas bagi umat manusia, tetapi kajian-kajian
ilmiah terbaru mengisyaratkan bahwa primata lainnya
dan komunitas lumba-lumba tertentu telah mengembangkan alat-alat
sederhana dan belajar untuk mewariskan pengetahuan mereka kepada keturunan
mereka.
Rumusan
masalah
A. Apakah keragaman alat music aceh?
B. Bagaimanakah gambar dan fungsi pralatan music aceh?
BAB
II
LANDASAN
TEORITIS
Sistem berasal
dari bahasa Latin (systēma) dan bahasa Yunani (sustēma) adalah suatu
kesatuan yang terdiri komponen atau elemen yang dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran informasi, materiatau energi. Istilah ini sering dipergunakan untuk
menggambarkan suatu set entitas yang berinteraksi, di mana suatu model matematika seringkali
bisa dibuat.[1]
Pengertian Sistem dalam pengertian yang paling umum adalah sekumpulan benda yang memiliki hubungan di antara mereka. Kata sistem
sendiri berasal dari bahasa Latin (systēma) dan bahasa Yunani (sustēma) adalah
suatu kesatuan yang terdiri komponen atau elemen yang dihubungkan bersama untuk
memudahkan aliran informasi, materi atau energy.[2]
Sekumpulan
elemen yang saling berkaitan & saling mempengaruhi dalam melakukan kegiatan
bersama untuk mencapai suatu tujuan
Teknologi bagi kita
merupakan pengetahuan terhadap penggunaan alat dan kerajinan, dan
bagaimana hal tersebut
mempengaruhi kemampuan untuk mengontrol dan beradaptasi dengan
lingkungan alamnya
Teknologi
berasal dari istilah teckne yang berarti seni (art) atau keterampilan. Menurut
Dictionary of Science, teknologi adalah penerapan pengetahuan teoritis pada
masalah-masalah praktis.
Alat musik merupakan suatu
instrumen yang dibuat atau dimodifikasi untuk tujuan menghasilkan musik. Pada prinsipnya,
segala sesuatu yang memproduksi suara, dan dengan cara
tertentu bisa diatur olehmusisi, dapat disebut
sebagai alat musik.
Walaupun demikian, istilah ini umumnya diperuntukkan bagi alat yang khusus
ditujukan untuk musik. Bidang ilmu yang mempelajari alat musik disebut organologi.
Dari berbagai pengertian diatas maka penulis menyimpulkan
pengertian sitem teknologi
pralatan music adalah sekumpulan
benda yang memiliki hubungan satu-
kesatuan yang terdiri komponen dengan pengetahuan terhadap penggunaan alat dan
kerajinan yang instrumen yang dibuat atau dimodifikasi untuk tujuan
menghasilkan musik.
BAB III
PEMBAHASAN
A.
Ragam Alat Musik Tradisional Aceh
kita harus mengetahui
sejarah termasuk alat-alat musik yang ada di Aceh yang sudah ada sejak dari
jaman Kerajaan Jeumpa Aceh,Kerajaan Aceh Darussalam hingga jaman Provinsi
Nanggroe Aceh Darussalam seperti yang saya kutip dari saudara/i Yuhuuami.
Adapun sampai saat ini alat musik yang sudah diketahui yang berlaku dalam
masyarakat Aceh dari zaman endatu sampai sekarang ada 10 macam :
Arbab,
Bangsi Alas, Serune Kalee, Rapai, Geundrang, Tambo, Taktok Trieng, Bereguh, Canang,
Celempong[3]
B. gambar dan fungsi peralatan music aceh
1. Arbab
B. gambar dan fungsi peralatan music aceh
1. Arbab
Instrumen ini terdiri
dari 2 bagian yaitu Arbabnya sendiri (instrumen induknya) dan penggeseknya
(stryk stock) dalam bahasa daerah disebut : Go Arab. Instrumen ini memakai
bahan : tempurung kelapa, kulit kambing, kayu dan dawai
Musik Arbab pernah berkembang di daerah Pidie, Aceh Besar dan Aceh Barat. Arbab ini dipertunjukkan pada acara-acara keramaian rakyat, seperti hiburan rakyat, pasar malam dsb. Sekarang ini tidak pernah dijumpai kesenian ini, diperkirakan sudah mulai punah. Terakhir kesenian ini dapat dilihat pada zaman pemerintahan Belanda dan pendudukan Jepang.
Musik Arbab pernah berkembang di daerah Pidie, Aceh Besar dan Aceh Barat. Arbab ini dipertunjukkan pada acara-acara keramaian rakyat, seperti hiburan rakyat, pasar malam dsb. Sekarang ini tidak pernah dijumpai kesenian ini, diperkirakan sudah mulai punah. Terakhir kesenian ini dapat dilihat pada zaman pemerintahan Belanda dan pendudukan Jepang.
Arbab
bagi penulis mirip dengan karena mempunyai alat penggeseknya jufga sebagaimana
biola. Sebagaimana pengertian dan gambaran bioal dibawah ini.
Biola adalah
sebuah alat musik dawai yang dimainkan dengan cara digesek.
Biola memiliki empat senar (G-D-A-E) yang disetel berbeda satu sama lain dengan
interval sempurna kelima. Nada yang
paling rendah adalah G. Di antara keluarga biola,
yaitu dengan viola, cello dan double bass atau kontra bass, biola memiliki nada yang
tertinggi. Alat musik dawai yang lainnya, bas, secara teknis masuk ke dalam keluarga viol. Kertas musik untuk biola
hampir selalu menggunakan atau ditulis pada kunci G.
Sebuah nama yang lazim dipakai untuk biola ialah fiddle, dan biola
seringkali disebut fiddle jika digunakan untuk memainkan
lagu-lagu tradisional (lihat di bawah).
Di dalam bahasa Indonesia,
orang yang memainkan biola disebut pemain biola (pebiola), atau violinis (bahasa Inggris: Violinist - bedakan dengan violis atau
pemainviola). Orang yang membuat atau membetulkan
alat musik berdawai disebut luthier.
2. Bangsi Alas
Bangsi Alas adalah sejenis isntrumen tiup dari bambu yang dijumpai di daerah Alas, Kabupeten Aceh Tenggara. Secara tradisional pembuatan Bangsi dikaitkan dengan adanya orang meninggal dunia di kampung/desa tempat Bangsi dibuat. Apabila diketahui ada seorang meninggal dunia, Bangsi yang telah siap dibuat sengaja dihanyutkan disungai. Setelah diikuti terus sampai Bangsi tersebut diambil oleh anak-anak, kemudian Bangsi yang telah di ambil anak-anak tadi dirampas lagi oleh pembuatnya dari tangan anak-anak yang mengambilnya. Bangsi inilah nantinya yang akan dipakai sebagai Bangsi yang merdu suaranya. Ada juga Bangsi kepunyaan orang kaya yang sering dibungkus dengan perak atau suasa.
Bangsi alas ini sangat
mirif dengan suling sebagaimana gambar di bawah ini
Dan Suling adalah alat musik dari keluarga alat musik tiup kayu. Suara suling berciri lembut dan dapat dipadukan
dengan alat musik lainnya dengan baik.
Suling modern untuk para ahli umumnya terbuat dari perak, emasatau campuran keduanya. Sedangkan suling untuk pelajar umumnya terbuat dari nikel-perak, atau logam yang dilapisi perak.
Suling modern untuk para ahli umumnya terbuat dari perak, emasatau campuran keduanya. Sedangkan suling untuk pelajar umumnya terbuat dari nikel-perak, atau logam yang dilapisi perak.
3. Serune Kalee (Serunai)
Serune Kalee merupakan
isntrumen tradisional Aceh yang telah lama berkembang dan dihayati oleh
masyarakat Aceh. Musik ini populer di daerah Pidie, Aceh Utara, Aceh Besar dan
Aceh Barat. Biasanya alat musik ini dimainkan bersamaan dengan Rapai dan
Gendrang pada acara-acara hiburan, tarian, penyambutan tamu kehormatan. Bahan
dasar Serune Kalee ini berupa kayu, kuningan dan tembaga. Bentuk menyerupai
seruling bambu. Warna dasarnya hitam yang fungsi sebagai pemanis atau penghias
musik tradisional Aceh.
Serune Kalee bersama-sama dengan geundrang dan Rapai merupakan suatau perangkatan musik yang dari semenjak jayanya kerajaan Aceh Darussalam sampai sekarang tetap menghiasi/mewarnai kebudayaan tradisional Aceh disektor musik.
4. Rapai
Serune Kalee bersama-sama dengan geundrang dan Rapai merupakan suatau perangkatan musik yang dari semenjak jayanya kerajaan Aceh Darussalam sampai sekarang tetap menghiasi/mewarnai kebudayaan tradisional Aceh disektor musik.
4. Rapai
Rapai terbuat dari bahan dasar berupa kayu dan kulit binatang. Bentuknya seperti rebana dengan warna dasar hitam dan kuning muda. Sejenis instrumen musik pukul (percussi) yang berfungsi pengiring kesenian tradisional.
Rapai ini banyak jenisnya : Rapai Pasee (Rapai gantung), Rapai Daboih, Rapai Geurimpheng (rapai macam), Rapai Pulot dan Rapai Anak.
Rapa’I sngatlah mirip
dengan rebana cumin, rebana ada menambah seni yang lain di samping nya
sebnagaimanan gambar dibawah ini
alat ini ternyata tidak hanya ada di aceh saja, di pulau jawa juga ada. Tetapi penyebutannya saja yang berbeda. Sebagaimana Rebana (Bahasa Jawa: Terbang) adalah gendang berbentuk bundar dan pipih. ini merupakan symbol kota bumiayu .terbuat Bingkai berbentuk lingkaran dari kayu yang dibubut, dengan salah satu sisi untuk ditepuk berlapis kulit kambing. Kesenian di Malaysia, Brunei, Indonesia dan Singapura yang sering memakai rebana adalah musik irama padang pasir, misalnya, gambus, kasidah dan hadroh.
Bagi masyarakat Melayu di
negeri Pahang, permainan rebana sangat populer,
terutamanya di kalangan penduduk di sekitar Sungai Pahang. Tepukan
rebana mengiringi lagu-lagu tradisional seperti indong-indong, burung
kenek-kenek, dan pelanduk-pelanduk. Di Malaysia, selain rebana berukuran biasa,
terdapat juga rebana besar yang diberi nama Rebana Ubi,
dimainkannya pada hari-hari raya untuk mempertandingkan bunyi dan irama.
5. Geundrang (Gendang)
Geundrang merupakan unit instrumen dari perangkatan musik Serune Kalee. Geundrang termasuk jenis alat musik pukul dan memainkannya dengan memukul dengan tangan atau memakai kayu pemukul. Geundrang dijumpai di daerah Aceh Besar dan juga dijumpai di daerah pesisir Aceh seperti Pidie dan Aceh Utara. Fungsi Geundrang nerupakan alat pelengkap tempo dari musik tradisional etnik Aceh.
6. Tambo
Sejenis tambur yang termasuk alat pukul. Tambo ini dibuat dari bahan Bak Iboh (batang iboh), kulit sapi dan rotan sebagai alat peregang kulit. Tambo ini dimasa lalu berfungsi sebagai alat komunikasi untuk menentukan waktu shalat/sembahyang dan untuk mengumpulkan masyarakat ke Meunasah guna membicarakan masalah-masalah kampung.
Sekarang jarang digunakan (hampir punah) karena fungsinya telah terdesak olah alat teknologi microphone.
7. Taktok Trieng
Taktok Trieng juga sejenis alat pukul yang terbuat dari bambu. Alat ini dijumpai di daerah kabupaten Pidie, Aceh Besar dan beberapa kabupaten lainnya. Taktok Trieng dikenal ada 2 jenis
Yang dipergunakan di Meunasah (langgar-langgar), dibalai-balai pertemuan dan ditempat-tempat lain yang dipandang wajar untuk diletakkan alat ini.
jenis yang dipergunakan disawah-sawah berfungsi untuk mengusir burung ataupun serangga lain yang mengancam tanaman padi. Jenis ini biasanya diletakkan ditengah sawah dan dihubungkan dengan tali sampai ke dangau (gubuk tempat menunggu padi di sawah).
8. Bereguh
Bereguh nama sejenis alat tiup terbuat dari tanduk kerbau. Bereguh pada masa silam dijumpai didaerah Aceh Besar, Pidie, Aceh Utara dan terdapat juga dibeberapa tempat di Aceh. Bereguh mempunyai nada yang terbatas, banyakanya nada yang yang dapat dihasilkan Bereguh tergantung dari teknik meniupnya.
Fungsi dari Bereguh hanya sebagai alat komunikasi terutama apabila berada dihutan/berjauhan tempat antara seorang dengan orang lainnya. Sekarang ini Bereguh telah jarang dipergunakan orang, diperkirakan telah mulai punah penggunaannya.
9. Canang
Perkataan Canang dapat diartikan dalam beberapa pengertian. Dari beberapa alat kesenian tradisional Aceh, Canang secara sepintas lalu ditafsirkan sebagai alat musik yang dipukul, terbuat dari kuningan menyerupai gong. Hampir semua daerah di Aceh terdapat alat musik Canang dan memiliki pengertian dan fungsi yang berbeda-beda.
tidak hanya di aceh ternyata Canang atau bende adalah sejenis gong kecil yang dapat dijumpai di hampir seluruh kepulauan Nusantara, dari Sumatera hingga Maluku dan Papua. Pada masa lalu, canang biasanya digunakan untuk memberikan penanda kepada masyarakat untuk berkumpul di alun-alun terkait informasi dari penguasa, untuk menyertai kedatangan raja atau penguasa ke daerah tersebut, atau untuk menandai diadakannya pesta rakyat. Saat ini, canang biasanya digunakan untuk menandakan adanya keramaian seperti topeng monyet atau pesta rakyat yang lain.
Fungsi Canang secara umum sebagai penggiring tarian-tarian tradisional serta Canang juga sebagai hiburan bagi anak-anak gadis yang sedang berkumpul. Biasanya dimainkan setelah menyelesaikan pekerjaan di sawah ataupun pengisi waktu senggang.
10. Celempong
Celempong adalah alat kesenian tradisional yang terdapat di daerah Kabupaten Tamiang. Alat ini terdiri dari beberapa potongan kayu dan cara memainkannya disusun diantara kedua kaki pemainnya.
Celempong dimainkan oleh kaum wanita terutama gadis-gadis, tapi sekarang hanya orang tua (wanita) saja yang dapat memainkannnya dengan sempurna. Celempong juga digunakan sebagai iringan tari Inai. Diperkirakan Celempong ini telah berusia lebih dari 100 tahun berada di daerah Tamiang.
[1] http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem
di akses tgl 4 juni 2012
[2] http://www.idafazz.com/pengertian-sistem.php
di akses tgl 4 juni 2012
0 komentar:
Posting Komentar