Siang hari ba’da juhur kumpullah
sekelompok manusia diserambi masjid an-nabawi mereka berkumpul (liqa’) untuk
mengkaji kajian islam. Seorang diantara mereka membahas pem bahasan yang akan
dikaji pada pertemuan ini. Setelah panjang lebar bahasan yang disampaikan
tibalah pada sebuah hadis nabi.
“Islam dimulai dalam keadaan asing dan akan kembali
terasa asing (suatu saat nanti) jadi, beruntunglah orang yang di anggap asing
(ghuraba)”
Setelah selesai membacakan hadis nabi
itu muhammad al-fatih seorang yang ikut kajian itu bertanya kepada yang memberikan tausiah.
“ akhi maksud ghuraba itu apa ya?”
tanya fatih
“Ghuraba
adalah orang-orang yang asing”
Asing bagaimanakah ghuraba itu ?”
tanya fatih lagi.
Asing
disini jarang adanya, Termasuk disini orang
yang melaksaanakan sunnah dan menjauhi bid’ah. Sebagai contoh supaya semua
tidak ngambang,
menyebarkan salam adalah sunnah nabi yang sudah mulai hilang dan apabila ada
yang menyebarkan salam maka terasa asing. Orang yang bercelana gantung atau
perempuan yang menutup aurat seluruhnya maka terasa orang yang ketinggalan
zaman, karena sekarang jika tidak membuka aurat bukan gaya zaman sekarang.
akhi saya pernah mendengar sorang dicemoohkan
karena dia berjenggot dikatakan seperti kambing kalau berjenggot, apakah dia
termasuk ghuraba ya akhi? Tanya abd ar-razaq salah seorang diantara mereka.
Ya dialah termasuk golonga ghuraba.
Jawab yang menyampaikan tausiyah
akhi
saya pernah diejek karena tidak pacaran, saya dibilang gak laku akhi. Bagaimana
itu akhi? Apakah tidak pacaran termasuk bagian ghurba? Tanya M.kamil Husain
“Inilah penomema yang sedang terjadi skarang yang
sedang kita hadapi sebagai manusia lajang maksudnya yang belum nikah dihadapkan
dengan penomena pacaran, katanya kalau sduah punya pacar sudah laku ya kan.
Zaman sekarang Kacaunya sahabat-sahabat kita ada yang menganggap pacaran merupakan
bukan hal yang dilarang oleh agama, sebagian memang ada yang tau itu haram
hukumnya tapi tetap saja melakukan, sebagian memang tidak tau sama sekali ya
makanya dia lakukan.
Bagaimana
orang yang pacaran yang sudah tau hukumnya itu akhi? Tanya zuhdi zahrullah
Dua kali lipat dosa yang dia dapat
dari pada yang tidak tau”
Waduh,
gawat” kata al-fatih
Gawat
kenapa akhi?’ M. Kamil husain
Gawatlah
seandainya saja yang tidak tau hukum masuk neraka sehari saja, otomatis yang
tau hukum dua hari dong.” Jawab al-fatih
Kan liat dulu apakah dia bertobat
atau nggak.” Jawab fawaid an-nubuwah (pemateri)
Oh,,,
gitu ya akhi” seru mereka serentak
Ya iya, allah kan maha pengampun.
Dengan catatan kita tidak mengulang lagi alias taubatan nasuha, lebih bagus
nikahkan dari pada pacaran, hasrat nafsu kita di salurkan kepada yang halal,
kalau pacaran sudah dilarang agama, apabila terjadi jina kan sudah berabe,
berapa dosa yang harus kita tanggug itu, dosa pacaran, dosa jina.
Pantas
islam melarang pacaran ya akhi, karena umatnya akan berbuat zina. Kata zulkarnain al-azazi
Begitulah
ternyata cara islam menjaga umat ini, tapi kita sendiri belum memahami. kata
fatih
“Ya, beginilah cara allah dan
islam menjaga kita supaya umat ini selalu terjaga dari kekejian, tidak berbuat
maksiat karena dapat menghancurkan manusia itu sendiri. Baiklah hanya sampai
disini pembahasan kita sampai ketemu ketmu di liqa’ kedepan semoga kita diberi
umur yang panjang dan dapat menegakkan islam dengan baik dan tidak meninggalkan
shalat. Seperti biasa diperjumpaan terakhir marilah sama-sama membaca doa
kafaratul majlis.
Barakallahu
liwalakum filkuranil ajim wana .....
setelah
selesai membaca doa maka mereka pun bubar liqa kali ini, dijalan karena fatih
dan fawaid satu arah merekapun pulang bersamaan, berhubung mereka memang teman
dekat dari semenjak kecil hingga mereka besar. Dijalan mereka berbincang-bincang
tentang apa saja sehingga sampai pada titik yang membuat fawaid terdiam.
Akhi,
aku ada kenalan sorang perempuan dia cantik, berjilbab tapi memang ia kadang
pakai celana, bagaimana itu akhi, kasihlah pendapatmu kepada aku biar aku tidak
terjebak hawa nafsu.? ‘Fatih’
Sejenak
dia terdiam bukan karena terkejut atau membenci tapi heran aja ternyata
kawannya ini sudah mulai menanam cinta kepada seorang wanita.
Kenapa
engkau terdiam kawan? ada apa kawan, apakah aku
tidak boleh berkenalan dengan wanita yang belum ku kenal? Fatih menanykan
Maaf
akhi tidak sengaja, bukan maksud ku nggak mau menjawab pertanyaanmu, tadi
katamu engkau lagi ada kenalan sama seorang wanita, apakah engkau menyukainya
saudaraku? Fawaid menanyakan
Itulah
yang aku ragukan, sepertinya aku memang sedang menyukai dia, dan sepertinya dia
juga menyukaiku menurut pirasatku.
‘Alhamdulillah engkau normal
saudaraku, engkau memang sedang terkena panah asmara istillah orang, tidak
apa-apa asalkan engaku pandai-pandai menjaga diri supaya tidaak terjerumus
kedalam zina, ingat zina itu bermacam-macam. Zina mata karean melihat yang
bukan-bukan terlalu dalam melihat juga termasuk zina. Kemudian zina hati, yaitu
mengangankan untuk memiliki sidia, berangan-angan terlalu jauh, kemudian zina
tangan, zina tangan disini dengan menyentuh, meraba. Ingat kita tidak boleh
menyentuh yang bukan muhrim kita, rasulullah saja rela memegang bara api
asalkan jangan memegang yang bukan muhrimnya. Aku senang terhadapmu saudaraku,
alhamdulillah engkau setau aku belum pernah berbuat maksiat, jagalah dirimu
saudaraku dan keluargamu dari api neraka, ingat ini pesan ilahi, setelah
berkenalan bagaimana perasaanmu terhadapnya saudaraku?
Sepertinya
aku ingin menemuinya kembali. Jawab fatih singkat
Jangan lupa istighfar saudaraku,
setan telah menari didepan matamu, sehingga engkau mengangankan seperti itu,
Baiklah
akhi aku akan berusaha menjaga hati ini supaya tidak terjerumus.
Sering-seringlah istighfar akhi,
supaya syaithan menjauh darimu. Fawaid mengingatkan alfatih
Insyaallah
akhi, mohon doanya.
Tanpa
terasa fawaid telah sampai kerumahnya.
Akhi aku dulun ya, assalamu’alaikum.
Walaikum
salam, jawab fatih
Sampai
disini kebersamaan mereka. Fawaid menuju rumahya al-fatih menuju rumahnya
sendiri.
Begitulah kebrsamaan
yang mereka jalani disaat bersama ukhuwah dan didalam wadah dakwah